(di) Surga

7 May 2022

Surga

Konon, di surga, semua kebutuhan tersedia secara instan tanpa usaha. Tidak perlu repot. Alkisah, dahan pun akan mendekat saat buahnya diinginkan. Di surga, orang tidak lagi percaya pada usaha. Tapi itu urusan nanti di surga. Sering saya menyampaikan, surga dunia? Ya Indonesia! Bukan tanpa alasan Koes Plus menciptakan lagu Kolam Susu. Betapa ajaibnya Negeri Ini. Bahkan, iseng membuang benih pun, akan tumbuh dengan sendirinya dengan subur. Itulah tanah Indonesia. Beratus bahkan lebih generasi telah hidup beranak pianak di atas surga dunia Indonesia.

Orang-orangnya jadi terbiasa menjadi penduduk surga meskipun surga dunia. Terbiasa hidup nyaman sejahtera meskipun sementara. Dahan pohon di negeri ini memang tidak dapat merunduk sendiri saat kita akan memetik buahnya, tapi sepanjang tahun, selalu ada pohon berbuah. Sungai yang mengalir memang bukan sungai susu dan madu, tapi ada sungai di mana-mana. Hidup di surga dunia ini sungguh melenakan. Semua yang tinggal di atasnya terbiasa hidup dengan usaha minimal. Semua ada tanpa usaha. Sehingga terwujudlah watak enggan bekerja dan semua ada secara instan. Penduduk surga Indonesia adalah penduduk yang tidak pernah menghargai proses karena semua selalu ada secara instan. Ribuan tahun hidup dininabobokkan dan kita semua tidak sadar bahwa meski tempatnya sama tapi lingkungannya telah berubah.

Manusia modern hidup tidak semata memenuhi sandang-pangan-papan tapi juga gengsi dan kenikmatan lain. Semuanya perlu proses untuk membuatnya. Sementara mental kita masih mental instan. Menanam beras sulit, yaimpor saja. Menanam apel sulit, ya datangkan dari Amerika saja (Sengaja saya tulis denganhuruf kecil karena tidak perlu menghormatinya terlalu berlebihan). Bikin mainan sulit, beli dari Cina saja. Punya pabrik garmen selalu ribut dengan karyawannya, beli dari India juga bisa. Itulah instan. Dan instan adalah gaya hidup orang surga. Sayangnya, kita memiliki mentalitas orang surga saat masih di dunia.

Belum waktunya. Sekarang adalah waktunya kita hidup penuh tungkus umus dengan lumpur usaha. Bukan berleha-leha. Bekerja dan berproses penuh peluh seperti galibnya orang yang tinggal di luar surga sana. Untuk membeli semua yang instan tadi, diam-diam kita jual sepetak demi sepetak surga Indonesia. Pada waktunya nanti, tiba-tiba kita akan tersadar saat semua surga telah habis dijual. Saya, anda, dan keturunan kita hanya akan menjadi penonton penduduk surga yang baru. Sabarlah dan berusahalah. kita baru akan tersenyum setelah sampai surga nanti. InsyaAlloh. Tapi belum saatnya, bukan sekarang.

Informasi ini dipublikasikan 7 May 2022 Oleh

Bagikan Informasi Ini

Informasi Terkait

Beri Komentar

Email anda tidak akan dipublikasikan, tanda * wajib diisi

More Than Sharing and Inspiring

Social Media

Contact Us

Jl. Mandala I, Dayakan, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581

Copyright © 2020 KAGEM JOGJA. All rights reserved

Cari Informasi

Search

Pengumuman

Artikel