Kamis (31/10) Presiden Asia Association of Education and Exchange (AAEE) Prof. Akinori Seki mengadakan lawatan ke Indonesia. Tepatnya di desa Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Akinori dijamu oleh Yayasan Rumah Belajar Kreatif Kaki Gunung Merapi (Kagem). Kagem merupakan komunitas peduli pendidikan yang dimotori oleh mahasiswa-mahasiswi dari berbagai universitas di DIY. Setelah dibuka dengan penampilan tari tradisional oleh siswa bimbingan Kagem, kedua pihak lantas berdiskusi interaktif tentang pendidikan kreatif melalui komunitas.
Kunjungan AAEE ke beberapa negara Asia selama beberapa tahun bertujuan untuk mengeksplorasi keberagaman pendidikan di Asia. “Sistem budaya, sosial, dan politik di tiap negara adalah modal untuk mengembangkan sistem pendidikan lebih baik,” jelas Akinori. Menurut Akinori, dengan sistem pendidikan yang baik, siswa akan dapat memberi kontribusi positif pada lingkungan.
Putri, relawan Kagem jurusan Teknik Arsitektur Universitas Islam Indonesia mengungkapkan, Kagem dibentuk dari kegelisahan akan pendidikan yang kurang merata dan berkualitas di Indonesia. “Untuk mendapatkan pendidikan yang baik, seringkali mereka harus membayar mahal,” tuturnya.
Atas dasar itulah, pada 2011 beberapa mahasiswa yang berasal dari UGM, UIN, UNY, UII, Amikom, dan STMIK El-Rahma berkomitmen membentuk komunitas yang mengedukasi. Bertempat di desa Sardonoharjo, kaki Merapi, mereka menyediakan kegiatan belajar mengajar yang berbeda bagi anak-anak kurang mampu setempat.
Selain mendalami pelajaran-pelajaran sekolah, Kagem memberi kesempatan kepada murid-murid bimbingan belajarnya untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki. Contoh kreativitas yang dikembangkan oleh Kagem adalah menari, menggambar, dan keterampilan-keterampilan lain. Melalui pemutaran video profil petang itu, tampak berbagai kegiatan Kagem seperti outbond, kemah, tanam pohon, bank sampah, perpustakaan hingga pembuatan film pendek.
Akinori mengapresiasi kegiatan-kegiatan Kagem yang bervariasi. Menurut Akinori, mahasiswa sebagai golongan berpendidikan sudah semestinya membagi ilmu kepada mereka yang membutuhkan. Proses belajar yang diadakan juga harus dirancang sekreatif mungkin. “Karena bermain dengan anak itu mudah. Tapi bagaimana caranya kita bisa bermain sambil belajar,” ujarnya.
Membentuk sebuah komunitas juga dibutuhkan kerja keras, papar Akinori. Pertama, harus ada motivasi yang besar untuk berkontribusi kepada masyarakat. “Selanjutnya, dibutuhkan komitmen untuk terus menghidupi komunitas, tak terkecuali secara material.“ pungkasnya. (Khalimatu Nisa, Mahasiswa Jurusan Politik Pemerintahan, Fisipol, UGM)