Selasa, 11 November 2014, aku mencoba menjadi manusia yang baru. Mencoba berpartisipasi dalam lingkungan yang baru, teman yang baru dan tanggung jawab yang baru di Rumah Belajar Kreatif KAGEM Yogyakarta. Sore itu hujan sudah reda, seketika aku tersentak dengan antusiasme bocah-bocah yang sudah berkumpul dan sedang mengerjakan PR dari guru mereka di sekolah, tidak lama dari kedatanganku, satu per satu juga datang bersama dengan orang tua mereka yang setia mengantar anaknya untuk belajar, lagi. Menyenangkan saat melihat mereka sangat bersemangat untuk menjadi lebih pintar, semoga semangat mereka akan terus menyala, hingga bangsa ini memandang mereka.
Tidak dapat dipungkiri, antusiasme bocah-bocah adalah semangat tersendiri untuk para punggawa KAGEM hingga mampu berjalan sampai sejauh ini. Para punggawa KAGEM adalah mereka yang bukan manusia biasa, mereka luar biasa. Mereka manusia yang tidak hanya hidup dengan ego seperti yang lainnya, mereka tidak hanya berbicara, namun langsung beraksi dalam pendidikan Indonesia. Punggawa KAGEM adalah pembimbing bocah-bocah yang akan menjadi penerus bangsa Indonesia. Tanggung jawab yang berat adalah menjadi penerus bangsa, tapi tidak sebanding dengan mereka yang mempersiapkan bocah menjadi penerus setelah mereka. Punggawa bukan hanya sekedar sebutan, tugas punggawa tidak hanya mengerjakan PR anak didiknya atau bermain, punggawa juga mempunyai tugas untuk mengantar para bocah ke dunia nyata di luar sana. Dunia yang penuh dengan persaingan, dunia yang mengharapkan kesempurnaan dan dunia yang akan terus menerus berkembang.
Sudah sewajarnya bocah-bocah yang berkumpul menjadi satu, pasti memiliki keunikan masing – masing. Sifat mereka, tingkah mereka, kenakalan mereka, namun cukup ironis saat lingkungan dan media yang mungkin sudah mengubah satu per satu sifat alami mereka. Selain itu, teknologi dapat dilihat sebagai pendukung atau justru cenderung memanjakan sebuah pendidikan dan sebuah keharusan bagi kita yang peduli akan pendidikan untuk menjadikan teknologi ini sebagai alat yang tepat guna bagi pendidikan Indonesia. Faktanya, masih banyak yang dapat diperbaiki dari sistem pendidikan Indonesia. Tujuannya tidak hanya mencerdaskan, tapi juga mampu berguna untuk sekitarnya. –Salam Swastian Ganicka